Belakangan ini, penggunaan gadget tidak saja menjadi dominasi orang dewasa. Smartphone, tablet, notebook dan aneka gadget lainnya juga sudah jamak digunakan anak-anak kita. Fenomena ini paling mudah kita temui pada anak yang berasal dari keluarga berada dimana gadget bukan lagi menjadi barang mewah bagi mereka. Sebagian lagi anak memang difasilitasi oleh orang tuanya untuk sibuk ber-gadget ria agar orang tua lebih leluasa beraktivitas tanpa perlu terus-terusan mendampingi anaknya. Ada juga orang tua yang mungkin bermaksud mengenalkan teknologi gadget itu sejak dini kepada anak-anaknya. Anak-anak yang sedang berada dalam masa serba ingin tahu juga akan senang jika dihadiahkan gadget oleh orang tuanya. Apalagi dengan perkembangan teknologi informasi, anak-anak sekarang ini rasanya jauh lebih “sadar teknologi” dibanding generasi-generasi di belakangnya. Saya perhatikan anak-anak sekarang bisa dengan mudah mengakses aplikasi dalam gadget yang baru didapatinya. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menguasai fitur-fitur gadget tersebut. Memang di satu sisi, ada beberapa manfaat bagi anak yang sejak dini sudah berkenalan dengan gadget.
Paling tidak sejak awal anak sudah familiar dengan teknologi. Kemudian beberapa vendor sudah membuat aplikasi game khusus untuk mengasah daya pikir anak Seperti: puzzle, game kata, dan game sejenis. Anak-anak yang senang bermain gadget juga akan betah di rumah, ini adalah keuntungan buat orang tua yang sibuk. Jika anak berada di rumah, orang tua akan lebih leluasa melakukan kegiatannya. Beberapa orang tua juga membelikan anak-anaknya handphone, agar mudah memonitor keberadaan anak mereka. Di daerah-daerah yang rawan terjadi penculikan anak, membiasakan anak untuk berkomunikasi dengan HP akan cukup membantu orang tua mengawasi anak-anaknya. Tapi di sisi lain, pemakaian gadget sejak usia dini juga dapat membawa dampak negatif bagi anak-anak, baik bahaya yang langsung kelihatan maupun bahaya yang dampaknya jangka panjang. Berikut dirangkum beberapa bahaya gadget pada anak-anak: Resiko radiasi elektromagnetik. Berbeda dengan orang dewasa, tubuh anak-anak terutama anak yang berusia di bawah lima tahun sangat sensitif terhadap resiko bahaya dari lingkungannya. Kita ketahui bersama bahwa setiap gadget memiliki paparan elektromagnetik yang dapat mempengaruhi tubuh. Jangankan anak-anak, orang dewasa saja tidak disarankan untuk terpapar radiasi elektromagnetik dalam jangka waktu lama. Untuk anak 1-3 tahun yang saraf-sarafnya sementara berkembang, radiasi elektromagnetik dari lingkungan di sekitarnya dapat menghambat perkembangan tersebut. Akibatnya perkembangan kogintif anak berjalan lambat, anak susah berkonsentrasi dan akibat negatif lainnya. Kemampuan psikomotorik berkurang. Menghabiskan waktu dengan gadget membuat kemampuan anak yang lain kurang berkembang, salah satunya adalah kemampuan psikomotorik anak. Padahal semestinya usia anak-anak adalah usia untuk mengeksplor seluruh bakat psikomotorik yang dimilikinya, seperti menggambar, bernyanyi, bermain bersama rekan sebaya dan kegiatan lainnya.
Saat melakukan aktivitas fisik seperti ini, sejumlah kemampuan lain juga akan diasah sekaligus. Seperti saat menggambar, anak juga belajar mengembangkan otak kanannya. Saat bermain bersama rekan sebaya, anak akan belajar mengasah keterampilan sosialnya. Kesulitan beradaptasi dengan materi pelajaran. Aplikasi-aplikasi dan sistem operasi pada gadget menyajikan interaksi multimedia yang memikat. Permainan warna, animasi ditambah suara membuat anak betah berlama-lama di depan layar gadget. Pada saat masa sekolah tiba, anak yang terbiasa berinteraksi dengan gadget akan menemui kesulitan untuk menyerap materi pelajaran sekolah yang cenderung statis. Teks hitam putih, tanpa animasi, tanpa suara. Apalagi berhadapan dengan guru yang kurang lihai mengemas mata pelajaran menjadi menarik. Ini bisa menurunkan minat belajar anak. Kecanduan. Walau bahaya kecanduan lebih sering terjadi pada pengguna gadget yang usianya lebih dewasa, orang tua juga mesti tetap berhati-hati terhadap resiko kecanduan gadget pada anak-anak. Tanpa pengawasan dari orang tua, ada kemungkinan anak bisa menjadi gadget-holic alias kecanduan gadget.
Mengingat resiko-resiko yang bisa terjadi ini, orangtua mesti berpikir lebih bijak sebelum memperkenalkan gadget kepada anak-anaknya. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, pada usia berapa idealnya orang tua mengizinkan anak-anaknya menggunakan gadget? Banyak literatur yang mengungkapkan pemakaian gadget baru diperkenankan pada anak yang berusia 10-13 tahun. Ada juga yang memberi rekomendasi usia dibawahnya. Dr. Ahmad Suryawan pada website mutiara-hati.com mengatakan bahwa jika ingin memberikan gadget pada anak, sebaiknya orang tua melakukannya pada saat anak sudah berusia di atas 6 tahun, karena pada saat itu perkembangan anatomi otak anak sudah 95% dari otak dewasa. Untuk usia dibawahnya misalnya pada anak berumur 2-3 tahun, memperkenalkan gadget boleh saja tetapi sebatas memperkenalkan pada bentuk, warna atau suara yang dihasilkannya, ini untuk merangsang kemampuan visual dan pendengaran anak. Selanjutnya, untuk anak yang sudah diperkenankan menggunakan gadget, orang tua harus memainkan peran sebagai pengawas. Untuk mencegah kecanduan, anak-anak harus diberi batas waktu berapa lama harus menggunakan gadget setiap harinya. Untuk gadget pada anak yang doyan bermain game, hindari menginstal aplikasi games yang mengandung unsur kekerasan. Apa yang dimainkan anak pada game tersebut diserap oleh anak dan cenderung akan dipraktekkan di dalam kehidupan nyatanya. Anak juga tidak boleh dibiarkan begitu saja mengakses aplikasi-aplikasi gadget sesukanya. Filterlah aplikasi-aplikasi yang akan diakses oleh anak. Dampingilah anak jika harus menjelajah internet, agar anak tidak sampai menelusuri situs bertema pornografi atau kekerasan. Teknologi memang seperti pisau bermata dua. Di satu sisi membawa manfaat, tapi di sisi lain jika tak digunakan secara bijak, juga bisa mendatangkan mudharat. Tugas kita sebagai orang tua adalah sejak awal menjadikan teknologi itu sahabat yang ramah dan baik bagi anak-anak kita. (PG)